1.
WUCHERERIA BANCROFTI
- Morfologi
Cacing dewasa :
berbentuk memanjang seperti rambut (hair like ), warna transparans,
bentuk filariaform, dengan ujung meruncing sedikit demi
sedikit. Cacing jantan dan betina didapatkan saling melingkar di dalam
habitatnya dan sukar untuk dilepaskan.
Jantan : Ukuran 25-40
X 0,1 mm, bagian pasterior melengkung ke ventral dan mempunyai spiculae.
Betina :
Ukuran 80-100 X 0,25 mm, ekor lurus dan uterus berpasangan.
Life Span :
Kurang lebih 5-10 tahun.
- Siklus Hidup
Wuchereria bancrofti mempunyai 2 host yaitu :
a.
Dalam Tubuh Manusia (Definitif host) :
Cacing dewasa berada dalam saluran dan
kelenjar lymphe, setelah kawin cacing betina akan melahirkan mikrofilaria (ovo
vivipar) sesuai dengan sifat periodisitasnya mikrofilaria-mikrofilaria tersebut
akan berada di darah tepi . Bila kebetulan ada nyamuk yang sesuai menggigit
penderita tersebut, maka mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah
penderita dan masuk ke tubuh nyamuk. Didalam tubuh manusia mikrofilaria dapat
bertahan hidup lama tanpa mengalami perubahan bentuk.
b. Dalam Tubuh Intermediate host :
Nyamuk yang berperan sebagai vektor
biologis/hospes perantaraan untuk Wuchereria bancrofti adalah dari genus :
Culex, Anopheles,Aedes. Mikrofilaria yang terhisap masuk pada saat terjadinya
gigitan, sesampai di lambung nyamuk akan melepaskan sheathmya.
Dalam waktu 1-2 jam kemudian ia menembus dinding usus nyamuk
menuju ke otot-otot thorax untuk mengadakan metamorfosi. Dalam waktu 1-2 jam
kemudian ia menembus dinding usus nyamuk menuju ke otot-otot thorax untuk
mengadakan metamorfosis. Dalam waktu kurang lebih 2 hari mikrofilaria akan
tumbuh menjadi larva stadium I (l24-250 mikron X 10-17 mikron) dan 3-7 hari
kemudian menjadi larva stadium II yang panjangnya (225-330 mikron dan lebar
15-30 mikron) dan pada hari ke 10-11 pertumbuhan larva dapat dikatakan telah
lengkap menjadi larva stadium III dengan ukuran panjang 1500-2000 mikron dan
lebarnya 18-23 mikron), yaitu stadium yang infektif untuk manusia. Larva
tersebut bermigrasi ke kelenjar ludah (proboscis). dan siap untuk ditularkan
bila nyamuk tersebut menggigit manusia lagi.
- Epidemiologi
Parasit
ini tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, meluas jauh ke utara sampai
Spanyol dan ke selatan sampai Brisbane, Australia. Di sebelah timur dunia dapat
ditemukan di Afrika, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia dan kepulauan Pasifik
Selatan. Di belahan barat dunia di hindia barat, Costa Rica dan sebelah utara
Amerika Selatan. Frekuensi filariasis yang bersifat periodik, berhubungan
dengan kepadatan penduduk dan kebersihan yang kurang, karena culex
quinguefascialus sebagai vektor utama, terutama membiak di dalam air yang
dikotori dengan air got dan bahan organik yang telah membusuk. Di Daerah Pasifik Selatan frekuensi Filariasis nonperiodik
di daerah luar kota sama tingginya atau lebih tinggi dari pada di desa-desa
besar karena vektor terpenting ialah Aedes Polynesiensis, seekor nyamuk yang
biasanya hidup di semak-semak. Frekuensi berbeda-beda menurut suku bangsa,
umur, jenis kelamin, terutama berhubungan dengan faktor lingkungan. Orang
Eropa, yang lebih terlindung terhadap nyamuk, mempunyai frekuensilebih rendah
daripada penduduk asli.
Vektor utama di belahan Barat Dunia
ialah Culex quinquefanciatus dan di Pasifik Selatan Aedes Polynesiensis. Nyamuk
Culex quinquefanciatu menggigit pada malam hari, hidup di rumah dan daerah
kota, sedangkan nyamuk Aedes Polynesiensis menggigit pada siang hari, hidup di
luar rumah dan di daerah hutan. Di daerah Pasifik Selatan filariasis
nonperiodik berbeda dengan yang periodik atas dasar perbedaan geografis dan
perbedaan-perbedaan kecil pada cacing dewasanya. Periodisitas tidak berubah
walaupun orang yang terkena infeksi berpindah ke daerah nonperiodik.
Di Indonesia filariasis tersebar luas di daerah endemi terdapat di banyak pulau di seluruh Nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Jaya. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, kita perlu memperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes reservoar, vektor, dan keadaan lingkungan.
Di Indonesia filariasis tersebar luas di daerah endemi terdapat di banyak pulau di seluruh Nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Jaya. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, kita perlu memperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes reservoar, vektor, dan keadaan lingkungan.
2. BRUGIA MALAYI DAN BRUGIA TIMORI
- Morfologi
1. Brugia Malayi
Cacing dewasa : bentuk
halus seperti benang berwarna putih susu
Cacing jantan : 22 x 0,09 mm, ekor melengkung ke ventral, mempunyai 2
spikulum
Cacing betina
: 55 x 0,16 mm, ekor lurus
2. Brugia Timori
Cacing dewasa : bentuk
seperti benang berwarna putih susu
Cacing jantan : (13 – 23) x 0,08 mm, ekor melengkung ke ventral, mempunyai 2
spikulum.
Cacing betina : (21
– 39) x 0,1 mm, ekor lurus.
-
Siklus Hidup
1. Brugia Malayi
Pengembangan dan replikasi B. malayi terjadi dalam dua
fase diskrit: di vektor nyamuk dan dalam manusia. Kedua tahap sangat penting
untuk siklus hidup parasit. Nyamuk
berfungsi sebagai vektor biologis dan hospes perantara - diperlukan untuk
siklus perkembangan dan transmisi B. malayi. nyamuk mengambil makan darah
manusia dan mikrofilaria ingests (telur berselubung seperti cacing) yang
beredar dalam aliran darah manusia. Pada nyamuk, mikrofilaria gudang selubung
menembus midgut, dan bermigrasi ke otot-otot dada adalah peningkatan
mikrofilaria dalam ukuran, meranggas, dan berkembang menjadi larva infektif (L1
dan L3) selama rentang waktu 7-21 hari. Tidak reproduksi perkalian atau seksual
mikrofilaria terjadi pada nyamuk. larva infektif (L3) bermigrasi ke kelenjar
ludah, masukkan belalai dan melarikan diri ke kulit manusia ketika nyamuk
mengambil lain makan darah.
malayi mengalami pengembangan lebih lanjut pada manusia serta reproduksi
seksual dan produksi telur. larva infektif (L3) secara aktif menembus kulit
melalui lubang gigitan dan berkembang menjadi orang dewasa dalam sistem
limfatik dalam jangka waktu 6 bulan. Cacing dewasa dapat bertahan hidup dalam
sistem limfatik untuk 5-15 tahun. Dan cacing jantan betina dewasa mate dan
betina menghasilkan telur rata-rata 10.000 berselubung (mikrofilaria) setiap
hari mikrofilaria yang memasuki aliran darah dan menunjukkan periodisitas
nokturnal klasik dan subperiodicity. nyamuk lain mengambil makan darah
dan ingests mikrofilaria itu. Infeksi tergantung pada nyamuk mengambil makan
darah selama episode periodik - mikrofilaria yang hadir dalam aliran darah.
Cacing dewasa menyerupai gelang nematoda klasik. malayi dan nematoda hanya
memiliki otot-otot longitudinal dan bergerak dalam bentuk gerakan-S Orang
dewasa biasanya lebih kecil daripada dewasa W. bancrofti , meskipun sedikit
orang dewasa telah diisolasi. cacing dewasa Wanita (50 mm) lebih besar dari
cacing jantan (25 mm). mikrofilaria B. malayi 200-275 um panjang dan memiliki
anterior ujung bulat dan ujung runcing posterior Para mikrofilaria yang
berselubung, yang noda berat dengan Giemsa. Selubung sebenarnya adalah kulit
telur, lapisan tipis yang mengelilingi kulit telur sebagai mikrofilaria yang
beredar dalam aliran darah. mikrofilaria ini mempertahankan selubung sampai
dicerna dalam midgut nyamuk.
2. Brugia Timori
Seseorang
dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut
digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (
L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap
darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung
microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap,
yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan
dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Mikrofilaria
dari timori Brugia lebih panjang dan morfologi yang berbeda dari orang-orang
dari Brugia malayi dan Wuchereria bancrofti, dengan ruang cephalic
panjang-lebar untuk rasio sekitar 3:1. Juga, selubung B. timori tidak noda pink
dengan Giemsa stain seperti diamati dengan B. malayi dan W. bancrofti.
-
Epidemiologi
1. Brugia Malayi
B. malayi
menginfeksi 13 juta orang di selatan dan Asia Tenggara dan yang bertanggung
jawab untuk hampir 10% dari total kasus di dunia filariasis limfatik. Infeksi
B. malayi adalah endemik atau berpotensi endemik di 16 negara, di mana ia
paling umum di Cina selatan dan India, tetapi juga terjadi di Indonesia,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan. Penyebaran B. malayi
tumpang tindih dengan W. bancrofti di wilayah ini, tetapi tidak hidup
berdampingan dengan B. timori. Daerah fokus dari endemisitas ditentukan
sebagian oleh vektor nyamuk.
2. Brugia Timori
Brugia timori, spesies baru yang
ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya ditemukan di daerah NTT
dan Timor-Timur ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang berkembang
biak di daerah sawah baik dekat pantai maupun di daerah pedalaman.
3. MANZONELLA OZZARDI
- Morfologi
Seperti nematoda lain, Mansonella ozzardi adalah
cacing silinder dan bilateral simetris. Ini adalah organisme dengan pseudocoel, atau rongga
tubuh palsu. Bagian luar parasit disebut kutikula. Kutikula adalah lapisan
pelindung yang dapat menahan lingkungan yang keras di saluran pencernaan dari
host manusia.
M. ozzardi dan
nematoda lainnya memiliki otot memanjang yang berjalan di sepanjang dinding
tubuh. Mereka juga memiliki tali saraf dorsal, ventral, dan longitudinal
terhubung ke otot-otot longitudinal. Pada tahap dewasa Mansonella ozzardi,
betina lebih besar dari laki-laki.
Seperti
nematoda lain, Mansonella ozzardi adalah cacing silinder dan bilateral
simetris. Ini adalah organisme dengan pseudocoel, atau rongga tubuh palsu.
Bagian luar parasit disebut kutikula. Kutikula adalah lapisan pelindung yang
dapat menahan lingkungan yang keras di saluran pencernaan dari host manusia.
M. ozzardi dan nematoda lainnya memiliki otot memanjang yang
berjalan di sepanjang dinding tubuh. Mereka juga memiliki tali saraf dorsal,
ventral, dan longitudinal terhubung ke otot-otot longitudinal. Pada tahap
dewasa Mansonella ozzardi, betina lebih besar dari laki-laki.
- Siklus Hidup
Arthropoda
(lalat hitam atau nyamuk menggigit) akan mengambil makan darah dari manusia dan
akan memasukkan ketiga tahap larva filaria ke dalam host manusia.
Larva akan
menjadi dewasa dan akan mendiami jaringan subkutan.
Orang-orang
dewasa akan kawin dan menghasilkan mikrofilaria terhunus. Mikrofilaria ini akan
masuk ke aliran darah.
Sebuah
arthropoda tidak akan mengambil makan darah dari manusia yang terinfeksi dan
menelan mikrofilaria tersebut.
Pada arthropoda
tersebut, mikrofilaria akan perjalanan dari midgut ke otot dada.
Pada otot dada,
mikrofilaria akan berkembang menjadi larva tahap pertama.
Kemudian,
mikrofilaria akan lebih berkembang menjadi larva stadium ketiga.
Larva tahap ketiga akan melakukan perjalanan dari otot dada
ke belalai yang arthropoda ini. Ini adalah tahap di mana arthropoda dapat
menginfeksi manusia ketika mengambil makan darah.
- Epidemiologi
Di India Barat, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan infeksi M. ozzardi bersifat
indigenus. Vektor utama filariasis ozzardi adalah Culicoides
sp( Onggowaluyo, 2002)
4. ONCHOCERCA VOLVULUS
- Morfologi.
·
Ukuran cacing betina
33-50mm x 270-400mikron
·
Ukuran cacing jantan
19-42mm x 130 mikron
·
Bentuknya seperti
kawat putih, transparan
· Cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria dalam jaringan subkutan, kemudian
meninggalkan jaringan subkutan menuju kulit.
- Siklus
hidup onchocerca volvulus
Cacing
dewasa berlokasi dibawah kulit dan akan terbentuk kapsula karena reaksi tubuh
hospes. Bilamana berlokasi dekat tulang seperti persendian atau diatas tulang
kepala, nodule yang permanen akan terjadi.
Mikrofilaria berada dalam kulit kemudian terhisap oleh lalat penghisap
darah/lalat hitam/bleck fly (Simulium damnosum) sebagai hospes
intermedier. Bagian mulut lalat tidak menembus terlalu dalam, berisi cairan
kental yang penuh dengan mikrofilaria. Fase pertama dari larva cacing bergerak
dari saluran cerna lalat ke otot dada. Kemudian mengalami moulting yang
kemudian moulting lagi menjadi larva infektif menjadi bentuk filaria
(filariform), filaria muda bergerak kearah mulut lalat dan akan menginfeksi
hospes definitif baru. Filaria tumbuh menjadi dewassa tinggal dibawah kulit
selama kurang dari 1 tahun. Cacing biasanya berpasangan. Cacing yang berada
dibawah kulit atau dibawah kulit yang lebih dalam akan memproduksi
mikrofilaria. Mikrofilaria kemudian menginvasi kepermukaan kulit dan akan
terhisap oleh hospes intermedier.
- Epidemiologi
Tempat perindukan vektor (Simulium)
terdapat di daerah pegunungan yangmempunyai air sungai yang deras. Lalat ini
suka menggigit manusia di sekitar sungai perindukannya. Penyakit ditemukan
baik pada orang dewasa maupun pada anak. Infeksi yangmenahun seringkali
diakhiri dengan kebutaan. Kebutaan terjadi pada penduduk yang berdekatan
dengan sungai, makin jauh dari sungai kebutaan makin kurang dan oleh karena
itu penyakit ini dikenal dengan river
blindness Pencegahan dilakukan
dengan menghindari gigitan lalat Simuliumatau
memakai pakaian tebal yang menutupi seluruh tubuh.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar